Merespon Perubahan Iklim di Pesisir Indonesia

Program ini adalah kerjasama antara IIED, Rockefeller Foundation, ACCCRN dan IUCCE. IUCCE disini berperan sebagai lembaga riset yang turut mendampingi dalam penelitian yang dilakukan oleh Safrinal Sofaniadi, Rusmadi dan Aniessa Delima Sari. Program ini berupa penelitian untuk melihat cara masyarakat atau respon masyarakat ketika menanggapi perubahan iklim yang terjadi, terkhususnya di daerah pesisir Kota Semarang. Penelitian ini berlangsung selama 1 (satu) tahun sepanjang tahun 2013.

Ketika terjadi perubahan iklim, daerah yang paling rentan mengalami perubahan adalah daerah pesisir seperti rob, abrasi atau gelombang laut tinggi. Demikian juga hal tersebut terjadi di Pesisir Kota Semarang. Rob dan abrasi tidak bisa dihindari lagi. Pemukiman penduduk akan mengalami banjir rob saat pasang tertinggi, dan garis pantai di Kota Semarang semakin berkurang setiap tahunnya. Bagaimana perilaku masyarakat dalam merespon perubahan ini, dilakukan penelitian bersama IUCCE yang kemudian hasilnya dijadikan pedoman dalam menyikapi sikap masyarakat kedepannya.

Penelitian ini diawali dengan tahapan survey melalui pemberian kuesioner kepada masyarakat. Dalam survey ini bertujuan untuk mengetahui apakah yang diinginkan oleh masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim sejalan dengan Program Pemerintah Kota Semarang, yang kemudian akan disinergikan. Lokasi dari penelitian ini terdiri dari 4 lokasi berbeda yang paling rentan dalam menghadapi perubahan iklim, yaitu Tambak Lorork, Panggung Lor, Tapak dan Mangkang Kidul. Dalam penelitian ini turut serta bekerjasama dengan Pemerintah Kota Semarang, yaitu Bappeda Kota Semarang dan Dinas Kelautan & Perikanan Kota Semarang.

Dari keempat lokasi penelitian tersebut, setiap daerah memiliki respon yang berbeda dalam menanggapi perubahan iklim. Misalkan saja di daerah Tapak, masyarakat lebih cenderung menggunakan APO (Alat Pemecah Ombak). Untuk daerah Tapak dan Mangkang Kidul juga melakukan penanaman Mangrove sebagai pencegahan awal terhadap abrasi. Ketika muka air laut meninggi, yang dilakukan masyarakat di daerah pesisir tersebut akan berbeda, ada yang akan meninggikan rumahnya, membuat tanggul, atau menanam mangrove. Perlakuan yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh perbedaan topografi lingkungannya.
Ada beberapa alternatif dalam merespon perubahan iklim ini, karena tentu saja akan berhubungan dengan kesehatan dan kenyamanan masyarakat dalam menjalankan aktivitas, salah satunya adalah dengan membangun rusun (rumah susun) atau memindahkan ke tempat yang tidak mengalami rob atau masyarakat. Namun, masyarakat yang cenderung bermata pencaharian sebagai nelayan menganggap jika pindah ke tempat yang jauh dari lokasi mereka mencari nafkah, akan mengeluarkan biaya lebih besar sebagai biaya transportasi. Untuk itu, mereka lebih memilih mengungsi saat rob datang, dan akan kembali ke rumahnya ketika rob surut.

Dokumen dapat diunduh di bagian “Pengembangan Ilmu Pengetahuan > Artikel”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *