Abstrak
Sistem inovasi yang mengedepankan ekonomi berbasis pengetahuan, bukan ekonomi berbasis faktor, telah banyak direalisasikan berbagai negara menjadi sistem wajib untuk meningkatkan daya saing nasional atau regional. Hal ini membutuhkan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pembangunan untuk meningkatkan inovasi dengan spesialisasi nilai daya saing. Semarang dan Balikpapan, dua kota berkembang di Indonesia, telah menerapkan sistem inovasi daerah (SID) dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Studi ini menggunakan analisis konseptual dengan metodologi kualitatif dan kuantitatif serta The Innovation Policy Framework sebagai alat untuk menilai kinerja kedua kota. Studi ini menemukan bahwa kedua kota memiliki pemahaman dasar tentang inovasi dengan spesialisasi seperti Semarang mengembangkan inovasi dalam pariwisata kota sedangkan Balikpapan meningkatkan inovasi dalam ekonomi hijau. Tantangan berat yang dihadapi kedua kota ini adalah integrasi seluruh pemangku kepentingan dalam meningkatkan inovasi yang saat ini masih dilaksanakan secara parsial. Pada akhirnya, studi ini menarik konsep dari kedua kota tersebut yaitu untuk mengembangkan sistem tanpa mengabaikan kinerja yang ada.
Kata Kunci: Balikpapan, Kolaborasi, Ekonomi Berbasis Pengetahuan, Sistem Inovasi Daerah, Semarang