Angka Demam Berdarah di Semarang termasuk yang paling tinggi di Indonesia. Perubahan iklim dengan tingkat kelembapan yang berubah-ubah seperti saat ini telah memperparah penyebaran penyakit DB, karena itu diperlukan peningkatan kapasitas otoritas, dan tak kalah penting, partisipasi publik. Untuk mengkampanyekan pencegahan demam berdarah, melalui program ACTIVE bersama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang mengadakan kegiatan sosialisasi di Halaman Balai Kota Semarang, Minggu 24 April 2016.
ACTIVE bertujuan mengurangi angka kasus penyakit berbasis vector di Semarang, terutama DB. Saat ini program ACTIVE berjalan di 6 Kelurahan, dan puncak dari program ini adalah dilakukannya Kampanye Cegah DD bersama dengan Dinkes Semarang & Mercy Corps Indonesia serta dihadiri oleh Walikota Semarang, Hendrar Prihadi. Berbagai kegiatan baik jalan sehat, talk show dan juga serangkaian lomba yang diikuti oleh berbagai partisipan seperti, petugas jumantik, dokter kecil maupun agen kesehatan masyarakat lainnya.
Kampanye didalam program ini menekankan bahwa penanganan Demam Dengue harus melibatkan berbagai stakeholder, bahkan anak dan siswa harus juga dilibatkan bagaimana bahayanya Demam Dengue ini. Slogan yang dibawa adalah, “Jentik hilang, Nyamuk Melayang”.
Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kota Semarang hingga bulan April 2016, bahwa penderita DB di Kota Semarang berjumlah 939 jiwa, sementara di bulan Maret 2016 sebanyak 388 penderita. Jika dibandingkan dengan tahun lalu pada bulan Maret, jumlah penderita ada 325 jiwa, dan jumlah penderita DB sepanjang tahun 2015 penderita DB 1739 jiwa.
Dalam sambutannya Walikota Semarang mengatakan, “meningkatnya jumlah penderita demam berdarah memerlukan kewaspadaan seluruh warga Kota Semarang untuk bersama-sama secara teratur melakukan pencegahan DBD baik dengan melakukan PSN, menggunakan ikan pemakan jentik, menggunakan kelambu, menggunakan celana panjang untuk siswa sekolah maupun cara-cara lain untuk mencegah, kita harus mengoptimalkan semua cara yang ada untuk mencegah demam berdarah.”
Dalam gelaran tersebut, Hendi, sapaan Hendrar Prihadi, juga meluncurkan sistem peringatan dini yang dikembangkan Mercy Corp dengan DKK Semarang. System tersebut berupa input dari para kader jumantik (juru pemantau jentik) yang dilaporkan melalui SMS gateway ke Dinas Kesehatan Kota. Setelah diproses, selanjutnya dikirim ke masing-masing Lurah berupa data secara detail di tiap RW mengenai angka bebas jentik (ABJ). Selain data ABJ di wilayahnya, ketika cuaca ekstrem sistem pencegahan dini akan menerima input dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan selanjutnya dikirimkan kepada Lurah/Camat yang berisi data mengenai cuaca dan tingkat kelembapan. Ini penting mengingat tingkat kelembapan akan berpengaruh terhadap pembiakan jentik nyamuk, sehingga Lurah bisa mengambil langkah yang tepat untuk membasmi jentik.