Promoting Water Resilience in Semarang: Building a Coalition through the Water as Leverage (WaL) Program

Abstrak

Seperti banyak kota di kawasan ini, Semarang menghadapi tantangan yang meningkat terkait dengan perubahan iklim dan urbanisasi yang cepat. Dalam dekade terakhir, Semarang telah terlibat dalam berbagai jaringan nasional dan internasional untuk mempromosikan ketahanan – dari program komunitas hingga infrastruktur berskala besar. Perhatian dan keterlibatan dari jaringan aktor lokal dan global, kolaborator, dan donor secara kumulatif berkontribusi pada peran strategis Semarang di Indonesia dalam praktik mitigasi dan adaptasi perubahan iklim perkotaan. Baru-baru ini, Semarang terpilih sebagai salah satu dari tiga kota di Asia untuk program Water as Leverage yang diprakarsai oleh Pemerintah Belanda pada tahun 2018 – sebuah peluang baru bagi kota untuk tidak hanya menangani masalah terkait air dan perubahan iklim, tetapi juga berbagai tantangan urbanisasi. Semarang diperparah oleh berbagai masalah air yang saling terkait mulai dari sungai dan banjir rob, kurangnya pasokan air bersih, kekeringan dan penurunan tanah. Upaya pemerintah cenderung responsif dan parsial, terutama berfokus pada mitigasi genangan air pasang yang terjadi di wilayah pesisir. Namun, dengan urbanisasi yang cepat di sepanjang DAS, daerah tangkapan air yang berbukit-bukit juga mengalami banjir dan meningkatkan risiko di bagian hilir. Kurangnya upaya komprehensif dari hulu hingga hilir disebabkan oleh kompleksnya struktur kelembagaan yang melibatkan pemerintah kota, provinsi, dan pusat. Memang, kolaborasi dan kerjasama yang baik di antara semua pemangku kepentingan adalah kunci dalam mewujudkan pengelolaan air terpadu dari dataran tinggi hingga pantai.

Makalah ini mendokumentasikan dan mengkaji program Water as Leverage sebagai peluang untuk membangun koalisi di antara berbagai pemangku kepentingan untuk mempromosikan ketahanan air di Semarang. Beberapa pertanyaan kunci yang harus dijawab adalah: (1) bagaimana pengalaman kumulatif pembangunan ketahanan di Semarang berkontribusi pada keberhasilan (atau setidaknya sejauh ini) program? (2) bagaimana peran proaktif pemerintah berkontribusi? (3) bagaimana pentingnya penyelarasan penelitian dan keterlibatan antara tim internasional dan visi kota? Kajian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengurai permasalahan dan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing stakeholder, yang lebih penting adalah tindakan yang diambil dan belum dilakukan untuk menciptakan keberpihakan kelembagaan. Metodologi mencakup pemetaan pemangku kepentingan, analisis kapasitas kelembagaan, dan penilaian peluang kolaborasi. Karena prosesnya sedang berlangsung, hasil sementara telah menunjukkan bahwa ada peluang untuk membangun koalisi yang kuat. Penelitian dan pelibatan yang intensif dari tim desain dan mitra pengetahuan telah menghasilkan komitmen yang baik dari pemerintah di tingkat lokal, provinsi, dan nasional – selanjutnya didukung oleh keterlibatan aktif para pemangku kepentingan lokal, termasuk Dewan Pertimbangan Semarang yang terdiri dari guru besar daerah, universitas, berbagai kelompok masyarakat lokal, dan LSM lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *