Disagregasi Data Kependudukan untuk Analisis Adaptasi Perubahan Iklim

Penelitian ini mengenai Pengembangan Metode Disagregasi Data Kependudukan untuk Analisis Adaptasi Perubahan Iklim di Tingkat Kelurahan, Studi Kasus di Kota Semarang (Method Development for Disaggregating Population Data for Climate Change Adaptation Analysis at Village Level) merupakan kerjasama antara Urban and Regional Development Institute (URDI), United Nations Population Funds (UNFPA), dan IUCCE.

IUCCE merupakan peneliti terkait informasi yang dibutuhkan dalam studi ini. Studi ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Mei-Juli 2015. Penelitian ini merupakan studi mengenai pengembangan metode disagregasi data kependudukan untuk melakukan analisis terhadap adaptasi perubahan iklim yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Semarang sampai tingkat administrasi di tingkat Kelurahan. Salah satu hasil yang diharapkan dari program ini terkait dengan pengembangan kapasitas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk memasukkan isu dinamika penduduk dalam kebijakan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana.

Studi yang dilakukan mengindikasikan bahwa Kota Semarang dan sekitarnya merupakan salah satu kawasan yang sejak lama menghadapi berbagai ancaman bencana seperti kekeringan, penurunan tanah, longsor dan banjir. Ancaman bencana tersebut akan terus meningkat dengan terjadi perubahan iklim. Pada saat yang sama, pesatnya pertumbuhan ekonomi Kota Semarang sebagai kota inti dari Metropolitan Kedungsepur telah mendorong terjadinya urbanisasi ke Kota Semarang. Urbanisasi ini akhirnya menyebabkan permasalahan sosial dan ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran, polusi dan kerusakan lingkungan.
Proses analisis dimulai dengan melakukan analisis menggunakan data kependudukan dan data bencana di tingkat Kota Semarang untuk memetakan kelurahan mana saja yang paling rentan terhadap banjir dan tanah longsor.

Metode yang dilakukan adalah dengan menggunakan program GIS. Setelah dilakukan pemetaan di tingkat Kota, pengembangan metode dilakukan di tingkat kelurahan yang paling rentan dari hasil pemetaan di tingkat Kota. Pemetaan di tingkat Kelurahan juga memanfaatkan data bencana dan data kependudukan untuk mengetahui RW mana yang paling rentan. Kelurahan Tanjung Mas merupakah kelurahan yang paling rentan terhadap banjir rob, serta Kelurahan Sukorejo merupakan kelurahan yang paling rentan terhadap longsor. Dengan melakukan overlay data kependudukan dan data bencana, dapat diketahui RW dan RT mana yang paling rentan terhadap banjir dan tanah longsor. Hasil penelitian yang dilakukan IUCCE ini dapat dimanfaatkan untuk menganalisis daerah yang paling rentan dengan batas administrasi terkecil yaitu di level RT untuk memetakan adaptasi perubahan iklim apa yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan data kependudukan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *