Pada bulan Mei 2016, Kota Semarang meluncurkan Dokumen Strategi Ketahanan Kota yang memiliki 53 inisiatif dari 6 pilar. Saat ini 30% dari inisiatif yang ada dalam dokumen tersebut telah masuk kedalam RPJMD Kota Semarang tahun 2016 – 2020. Selain Dokumen Strategi Ketahanan Kota yang memuat beberapa inisiatif, tentunya sebagai Kota Tangguh diperlukan adanya perhitungan indeks ketahanan kota. Indeks ketahanan Kota Semarang disusun oleh tim 100RC Semarang atas kerjasama dengan pemerintah Kota Semarang dan ARUP. Penyusunan indeks ketahanan Kota Semarang dimulai sejak Juli – September 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan data sekunder, data tersebut mencakup 52 indikator untuk mengukur indeks ketahanan kota. Data yang diperoleh yaitu 100% kualitatif dan 66,03% kuantitatif sesuai dengan 4 aspek yaitu kesehatan & kesejahteraan, infrastruktur & ekosistem, ekonomi & sosial, kepemimpinan & strategi. Dengan terkumpulnya data tersebut, perlu dilakukan validasi untuk memaparkan hasil perhitungan indeks ketahanan kota kepada pemerintah Kota Semarang, oleh sebab itu diadakan Workshop Akhir Penyusunan Indeks Ketahanan Kota Semarang. Tujuan dari workshop ini yaitu melakukan diseminasi hasil penyusunan indeks ketahanan Kota Semarang.
Workshop Akhir Penyusunan Indeks Ketahanan Kota Semarang, dihadiri oleh beberapa instansi pemerintah Kota Semarang. Pada acara workshop tersebut diawali dengan acara pembukaan oleh BAPPEDA Kota Semarang, dan dilanjutkan dengan pengantar terkait review Dokumen Strategi Ketahanan Kota Semarang. Dalam paparan tersebut, Ibu Dr.-Ing Wiwandari Handayani sebagai sebagai perwakilan CRO Kota Semarang menjelaskan beberapa program dan kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung terwujudnya Kota Semarang sebagai Kota Tangguh. Setelah pengantar tersebut, selanjutnya pengantar terkait City Resilience Index secara umum oleh bapak Sachin dari ARUP, dalam pengantar tersebut dijelaskan berbagai aspek yang digunakan untuk mengukur indeks ketahanan suatu kota. Tidak hanya pengantar terkait City resilience Index secara umum, namun paparan terkait indeks ketahanan Kota Semarang lebih spesifik dijelaskan oleh Ibu Mega Anggraeni, dan dilanjutkan dengan acara diskusi kelompok.
Proses diskusi ini dilakukan oleh semua peserta yang hadir. Peserta yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kesehatan & kesejahteraan, kelompok infrastruktur & ekosistem, kelompok ekonomi & sosial, kelompok kepemimpinan & strategi. Masing-masing kelompok berdiskusi sesuai dengan aspek yang ada di kelompok tersebut. Setelah melakukan diskusi, hasil diskusi tersebut dibandingkan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan tim penyusun indeks ketahanan Kota Semarang. Terdapat sedikit perbedaan antara hasil diskusi dengan hasil survey yang telah dilakukan oleh tim. Setelah mengetahui perbedaan tersebut, peserta workshop melakukan diskusi untuk mendapatkan kesepakatan terkait indeks ketahanan Kota Semarang. Indeks Ketahanan Kota secara general diharapkan dapat dikombinasikan dengan RPJMD dan Dokumen Strategi Ketangguhan Kota (CRS) Semarang.