Setelah sukses dengan kegiatan Resilient Cities Asia-Pasifik pada tahun 2015, ICLEI bersama dengan Pemerintah Melaka melakukan keberlanjutan kegiatan tersebut pada tahun 2016 di Melaka, 2-4 Maret. Acara ini dihadiri sekitar 500 orang delegasi peserta kongres dari berbagai negara di dunia, yang berisi Forum Perubahan Iklim dan Ketahanan Kota. Tujuan utama dari program ini adalah menciptakan ruang bagi pemerintah daerah, lembaga dan komunitas dimana mereka dapat bersama-sama untuk membahas ketahanan iklim di daerah perkotaan.
Turut hadir juga Presiden Rockefeller Foundation, Judith Rodin dalam kegiatan tersebut. Judith mengatakan, “Menangani perubahan iklim mungkin memerlukan pendekatan baru yang radikal, cara berfikir yang baru, dan bahkan penerapan yang baru untuk mewujudkan lingkungan dan tempat tinggal yang sehat.” Kawasan perkotaan di Asia Pasifik merupakan wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi di dunia. Fakta ini diikuti dengan berbagai persoalan perkotaan yang muncul seperti kemiskinan, kekumuhan, kualitas infrastruktur dan sebagainya.
Dalam kegiatan ini turut hadir juga IUCCE yang merupakan CRO dari program 100RC Semarang. Dalam kegiatan ini, Purnomo Dwi Sasongko menjadi bagian dari pemateri bersama dengan speaker dari berbagai Negara lain. Purnomo sendiri memberikan materi dalam sesi “Implementing Resilience Strategies in Cities: ACCCRN Experience”. Menurut Purnomo, untuk menerapkan Strategi Ketahanan Kota, dibutuhkan kolaborasi dan keterlibatan seluruh pihak. Selain itu Purnomo juga memperkenalkan program 100RC Semarang, yang melibatkan seluruh stakeholder untuk mencapai kota yang berketahanan dan tangguh.
Purnomo juga menambahkan jika pembangunan kota di masa depan tidak saja diarahkan ke konsep berkelanjutan (Sustainable City), tapi juga perlu mendorong ke arah kota yang berketahanan (Resilient City). Sebagai contoh adalah Kota Semarang sebagai bagian dari program 100 Resilient Cities, siap untuk menjadi bagian dari Kota Tangguh yang berketahanan.